Jumat, 11 Desember 2015

PAUD tanpa PAUD

RESUME �� Kulwap IIP Bandung 3
⏰ Senin, 8 Juni 2015

Host: Teh Nenden
CoHost:Teh Nisa
Pendamping Host:Teh Yolis
Notulen:Zaira

Tema : "PAUD tanpa PAUD"
Oleh: Kiki Barkiah
>>Homeschooler 5 orang anak, founder komunitas Homeschooling dan rumah tahfiz Al-Kindi Mahardika Batam

Saat manusia pertama kali terlahir kedunia ia telah memiliki fitrah belajar. Secara alamiah seorang bayi akan belajar mengisap asi melalui puting ibu, bahkan sebagian bayi dapat melakukakannya pada menit-menit awal kelahirannya. Bayi juga dapat secara alamiah akan mengamati lingkungan sekitarnya, memiliki motivasi internal untuk menggerakan organ tubuhnya, membalikkan badannya, berusaha untuk duduk, merangkak dan berdiri sehingga akhirnya ia bisa berjalan dan berlari. Sebagian besar proses tersebut didorong oleh naluri alamiah yang dirangsang dari informasi dan pengalaman yang ia dapat dari lingkungan sekitar sejalan dengan perkembangan usianya. Maka proses belajar alamiah merupakan hasil dari perkembangan anak sendiri dan lebih banyak muncul dari motivasi internalnya.
"Anak-anak, seperti orang tua mereka, memiliki konsepsi mereka sendiri tentang pikiran mereka dan orang lain dan bagaimana manusia belajar dan 'cerdas' " (lihat Wellman, 1990; Wellman dan Hickey, 1994; Gelman, 1988; Gopnik, 1990)[5]  Oleh karena itu hal ini juga dapat menjadi cara belajar seorang anak dalam membaca dan menulis, yang kemudian berkembang menjadi proses pembelajaran yang mandiri [1].

Proses belajar menjadi tidak alami ketika melibatkan orang dewasa yang memaksakan ide-ide mereka tentang pembelajaran yang dibutuhkan pada anak-anak. Bahkan pada kenyataannya sering sekali orang dewasa merasa sangat sulit untuk menahan diri dari memaksakan ide-ide mereka pada anak-anak[1]. Ketika sebuah proses belajar dilembagakan dan memiliki standar tertentu yang tentu saja dibuat dan ditentukan oleh orang dewasa, maka sering sekali sistem tersebut memaksakan ide-ide tentang apa yang penting untuk dipelajari seorang anak serta bagaimana cara untuk mempelajarinya. 

Pendidikan alternatif seperti homeschooling juga tidak terlepas dari jebakan "pemaksaan ide" ini. Terutama jika pelaku homeschooling memilih untuk memindahkan apa yang disajikan sistem sekolah kedalam rumahnya. Hal ini pula yang sempat dialami oleh penulis pada saat awal-awal memilih homeschooling. Berbagai permasalahan  justru kemudian muncul ketika proses pemaksaan ide pembelajaran sesuai kurikulum sekolah ini dilakukan oleh orang dewasa yang notabene adalah orang tuanya. Anak-anak seperti memiliki ruang tersendiri dalam menyampaikan ekspresi penolakan, dimana mungkin mereka tidak mampu mengungkapkannya saat pemaksaan ide-ide tersebut berlangsung dalam sebuah lembaga formal seperti sekolah.

Mungkin kita berfikir bagaimana mungkin pembelajaran alamiah bisa mencapai standar kompetensi yang dicapai anak-anak sekolah pada umumnya jika tidak ada keterlibatan ide dari orang dewasa? Bukankah anak-anak yang dibiarkan dijalanan dan tidak sekolah pada akhirnya kesulitan untuk bersaing di masyarakat? Pembelajaran alamiah disini bukan berarti membiarkan anak secara bebas belajar dari lingkungannya dan menyimpulkan sendiri apa yang ia pahami dari sebuah informasi. Memang betul, untuk ilmu-ilmu dasar kehidupan seperti dalam domain perkembangan bahasa, hubungan sebab akibat dan matematika dasar, anak-anak memiliki kecepatan belajar yang sangat baik pada awal-awal tahun kehidupan mereka meskipun tanpa perlu adanya proses pengajaran yang terencana. Namun dalam pekembangannya mereka  tetap membutuhkan asupan pengetahuan yang benar dan sistematis yang disajikan oleh lingkungannya.

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran alamiah bukan berarti bahwa orang tua tidak bisa memiliki aspirasi dalam menentukan proses belajar anak-anak mereka, tetapi orang tua memilih membiarkan anak-anak mereka untuk mengembangkan prioritas mereka sendiri dalam proses belajar dan menemukan arah serta  kecepatan belajar mereka sendiri. Orang tua tetap mendukung anak-anak mereka dalam proses pembelajaran dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang mereka untuk belajar, menyediakan sumber daya untuk belajar, membantu anak-anak mereka untuk belajar ketika diminta untuk melakukannya, dan memberikan umpan balik dan dorongan untuk belajar[1]

Diantara orang-orang yang menganut prinsip pembelajaran secara alami, mereka juga memiliki perbedaan pandangan dalam hal perlu ada tidaknya kurikulum. Sebagian menganggap bahwa kurikulum sangat penting, sebagian lagi menganggap bahwa kurikulum penting untuk merencanakan pembelajaran tetapi keberadaan kurikulum akan membatasi, sementara sebagian lain memilih untuk tidak memiliki kurikulum sama sekali.

Dari pengalaman, permasalahan, dan kesalahan penulis dalam mempraktekan homeschooling. Penulis pribadi kini memilih untuk lebih banyak membuka ruang kebebasan bagi anak-anak untuk menentukan apa, kapan, dan bagaimana mempelajari sesuatu dalam rentang pilihan yang disediakan melalui sumber-sumber pelajaran yang terkurikulum. Penulis juga lebih banyak belajar untuk memahami standar kompetensi yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran, namun memiliki sekian banyak pilihan dalam mencapainya yang disesuaikan dengan gaya belajar, kondisi, bahkan mood anak saat proses belajar berlangsung. Penulis juga memilih untuk mengkaitkan standar kompetensi yang ditentukan dalam sebuah sistem terkurikulum kedalam aktifitas kegiatan yang sedang dilakukan seorang anak atas pilihannya.
Dalam prakteknya, penulis kini lebih banyak menyediakan sarana, alat dan bahan belajar baik berupa buku, video, mainan maupun sarana pembelajaran lainnya, sementara memberikan pilihan kepada anak-anaknya untuk memilih kapan dan bagaimana cara menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan tersebut. 

Dalam konteks pendidikan usia dini, Susan Wise Bauer dalam bukunya yang berjudul Well Trained Mind menyatakan bahwa ketika kita ingin melakukan proses edukasi kepada anak kita di dalam rumah, kita tidak perlu memisahkan antara proses pengasuhan dan pengajaran. Pengajaran adalah mempersiapkan seorang anak untuk menjalankan 12 tahun pendidikan formal, dan itu dimulai saat seorang anak dilahirkan [2]. Oleh karena itu, Proses belajar seorang anak dapat dilakukan secara alami melalui kegiatan pengasuhan sehari-hari.

Berbicara
Anak belajar bahasa melalui proses mendengar orang disekitarnya berbicara. Saat ia mendengar ia belajar kata baru dan berusaha memaknai artinya. Ia belajar tentang dunia di sekitarnya serta pengetahuan-pengetahuan dasar yang penting untuk diketahui seseorang. Kegiatan berbicara merupakan kegiatan pra membaca yang akan sangat membantu seorang anak untuk lebih memahami apa yang kelak ia akan baca. 

Proses belajar pra membaca melalui kegiatan berbicara dapat secara alami dilakukan dan terintegrasi dengan pengasuhan. Sebagai contoh, seorang ibu dapat secara instensif mengajak anak berbicara terhadap kegiatan yang tengah ia lakukan. "adek, ibu mau masak nasi. Nah ini namanya beras, apa dek? be...ras...beras. Yuk bantu ibu pindain berasnya ke sini. Kita hitung ya satu...dua....tiga...empat....lima....! Makasih ya adek. Nah sekarang ibu taruh beras dalam magic jar, trus kita nyalain deh." misalnya. Diskusi seperti ini merupakan proses awal dalam belajar membaca seorang anak di usia bayi atau balita. Anak akan menemukan bahwa bahasa dan komunikasi merupakan perngorganisasian kata menjadi sebuah kalimat. Semakin sering seorang anak diajak berbicara maka semakin banyak koskata yang mereka miliki.

Tips berbicara dengan bayi dan balita [3]
- kegiatan berbicara bukan berarti kita terus berbicara sementara anak mendengarkan. Pastikan anak memiliki banyak kesempatan untuk berbicara kepada kita.
- respon setiap kata yang disampaikan seorang anak meski belum fasih pengucapannya dengan memperluas pembicaraan. Misal, saat anak mengucapkan "pa", kita respon dengan menyempurnakan kata yang ia maksud, bukan malah mencadelkan dan mengikuti gaya bicaranya. " bapak? Oh mana bapak? Bapak sudah pulang? Yuk kita liat ke luar, bapak sudah pulang belum ya?"
- perkuat perbendaharaan kata bayi kita dengan menyebutnya berulang-ulang dan mengembangkannya pada kalimat
- jika kita menggunakan dua bahasa di dalam rumah, bicara pada bayi dengan bahasa yang paling kita kuasai. Hal ini akan memberi kesempatan bagi kita untuk menjelaskan sesuatu secara lebih fasih.

Bernyanyi
Lagu adalah salah satu cara bagi bayi dan balita dalam menambah perbendaharaan kata dan perkembangan kemampuan berbahasa. Bernyayi alfabet dapat dilakukan untuk mengenalkan huruf kepada anak-anak usia pra sekolah. Bagi para orang tua yang  berpendapat untuk tidak sama sekali memberikan nyayian kepada anak, kita dapat memberikan  lantunan al-quran dari berbagai qori sehingga anak dapat mendengar berbagai macam suara.

Membaca buku
Kegiatan membaca buku bersama adalah cara yang sangat penting untuk mempersiapkan anak kelak dapat membaca. Kegiatan membaca bersama akan menambah perbendaharaan kata dan pengetahuan seorang anak. Ini juga membatu seorang anak melihat bagaimana bentuk tulisan dan memahami fungsi buku. Namun yang jauh lebih penting dari kegiatan membaca adalah menanamkan minat baca anak. Anak yang menikmati kegiatan membaca biasanya lebih termotivasi untuk belajar membaca sendiri.

Tips membaca bersama balita:
- Jadikan buku sebagai investasi masa depan keluarga
- Jadikan kegiatan membaca menjadi kegiatan harian keluarga
- Buatkan area khusus membaca yang nyaman
- Berikan bayi buku dengan bahan yang tidak mudah rusak sehingga ia bisa melihat-lihat sendiri. 
-  Sebelum membaca, ajak anak menerka isi bacaan dari gambar sampulnya.
- Bacakan ia cerita bergambar dari buku dengan menunjukkan gambarnya. 
- Bacakan buku yang sama secara berulang untuk membangun kosakata mereka dalam berbahasa. 
- Sesekali bacakan ia cerita yang lebih panjang tanpa buku bergambar.
- Kita juga dapat merekam proses membacakan cerita kepada anak-anak berikut respon interaktif mereka sehingga rekaman tersebut dapat kita putar kembali untuk mereka. 
-Ketika bayi kita beranjak menjadi balita, kita mulai dapat bertanya tentang isi sebuah cerita serta membangun diskusi sederhana. 
- Gunakan buku untuk mengenalkan kosakata yang tidak umum digunakan dalam pembicaraan sehari-hari
- Kita juga dapat mengenalkan alfabet dengan cara membunyikannya. Kita dapat membunyikan huruf-huruf awal pada sebuah kata ketika kita sedang membahas sesuatu dengan balita kita. Misalnya saat anak kita melihat burung terbang. "Adek itu lihat ada burung, masya Allah burungnya terbang tinggi ya. Adek bisa terbang gak? (dengarkan dan bahas responnya) Burung bisa terbang karena Allah ciptakan sayap untuk burung. Adek, burung itu bunyi huruf depannya apa dek? beh, beh, burung. burung dari huruf b" misalnya.

Lalu bagaimana agar kegiatan membaca ini dapat menjadi pembelajaran alamiah yang tidak dipaksakan? Anak dapat diajak untuk memilih buku mana yang ingin ia baca. Anak juga dapat memilih waktu kapan ia ingin dibacakan cerita. Yang paling penting kegiatan membaca dilakukan setiap hari walaupun tidak lebih dari 15 menit, misalnya. Pilihan-pilihan seperti ini yang sulit dilakukan dalam sebuah proses pendidikan berlembaga, sehingga proses belajar yang alamiah sulit dilakukan.

Menulis
Kegiatan menulis dan membaca merupakan kegiatan yang beriringan. Keduanya berkaitan dengan bahasa dan merupakan proses pemberi informasi. Anak balita bisa mulai melakukan kegiatan pra menulis melalui kegiatan mencoret-coret. Berikut tips agar kegiatan menulis seorang anak dapat berlangsung lebih alamiah:
- orang tua tidak perlu memaksa anak-anak untuk melakukan kegiatan menulis atau menggambar. 
- Orang tua dapat menyediakan fasilitas yang mendukung dan menawarkan berbagai pilihan kegiatan positif termasuk menggambar. 
- Untuk tahap awal anak-anak baru sekedar belajar memegang alat tulis dan mencoret abstrak. Coretan dan gambar adalah kegiatan pra menulis yang bermanfaat kedepannya. Apresiasi setiap goresan yang mereka buat dengan membahas cerita dibalik gambar yang mereka buat. 
- Tulislah keterangan cerita mereka didalam gambar yang mereka buat agar mereka memahami bahwa ada hubungan antara bahasa yang diucapkan dengan yang dituliskan. 
- Kegiatan pra menulis juga dapat dilakukan tanpa perlu menunggu mereka mampu memegang alat tulis. Kita bisa melatih motorik halus mereka dengan memberikan bahan finger paint, biarkan anak mencorat-coret dan menggambar abstrak dengan jari mereka. Pengenalan alfabet juga bisa dilakukan dengan menggerakan jari kita diatas pasir pantai, tanah, atau menulis di langit.

Lalu bagaimana agar kegiatan menulis ini menjadi pembelajaran yang alamiah? 
- Jadikan kegiatan ini sebagai pilihan yang ditawarkan saat anak terlihat bosan dan bingung memilih kegitan. "Adek mau gambar?" 
- Sediakan bahan dan alat yang dibutuhkan, bebaskan ia memilih tema yang ia inginkan atau beri ia inspirasi tema terkait dengan materi yang sedang dibahas. Proses menggambar juga menjadi sarana mengungkapkan ide dan menguji sejauh mana pengertian mereka terhadap sebuah informasi
- Apresiasi terhadap gambar seorang anak tidak perlu harus diwujudkan dengan pujian terhadap karyanya, bahkan sebagian orang berpendapat untuk menghindarinya. Apresiasi dapat dilakukan dengan bertanya tentang ide dibalik gambar kemudian mendiskusikannya.

Bermain

Anak belajar banyak tentang bahasa melalui permainan. Bermain membantu seorang anak memahami simbolisasi sehingga mereka bisa mengerti bahwa bahasa lisan dan tulisan memiliki kaitan dengan objek nyata dan pengalaman. Bermain juga membantu seorang anak mengekspresikan diri mereka dan menuangkannya dalam bentuk kata-kata [4]. 

Tips bermain agar kegiatan bermain menjadi kegiatan belajar yang alamiah:
- Berikan mereka waktu yang cukup untuk bermain. Terkadang permainan terbaik bagi anak adalah permainan yang tidak terstruktur saat mereka dapat menggunakan imaginasi mereka dan membuat cerita terhadap permainan yang mereka lakukan. 
- Ajak anak berdiskusi tentang cerita dibalik permainananya, tanpa perlu banyak mengarahkan perminan mereka kecuali bila benar-benar dibutuhkan, misal karena alasan keamanan.
- Sediakan sebanyak-banyaknya pilihan permainan yang bisa ia mainkan. Berikan ia kebebasan memilih mainan dan bagaimana cara ia ingin memainkannya. Lalu kembangkan permainan mereka menjadi sarana pengetahuan yang lebih bermakna dengan mengkaitkannya dengan materi pelajaran dalam kurikulum seperti sains dan matematika.
- Ajak mereka bermain drama terhadap cerita yang sedang dibahas, baik cerita karangan mereka atau pengembangan dari kegiatan membaca buku

Mungkin banyak diantara keluarga homeschooler yang sangat bersamangat untuk menyediakan kegiatan aktif kreatif dalam menyampaikan materi seperti melalui kegiatan art and craft. Dalam perjalanan awal homeschooling, penulis juga termasuk yang bersemangat memasukkan apa yang lazim dilakukan sekolah atau paud kedalam rumah. Namun dalam perjalanannya penulis menyadari bahwa tidak semua anak memiliki minat yang sama terhadap sebuah metode pembelajaran. Untuk sebuah inti pembelajaran yang sama, para homeschooler bisa memilih sejuta cara dalam menyampaikan kepada anak-anak. Bisa melalui olahraga, bermain, bercerita, memasak, art and craft dll. Semakin anak diberi keleluasaan memilih cara yang ingin ia jalankan dalam mempelajari sesuatu, insya Allah hasilnya akan semakin optimal.

Lalu bagaimana para pelaku homeschooling bisa memastikan bahwa pencapaian anak-anak mereka minimal dapat bersaing dengan anak pada umumnya yang bersekolah jika tidak berdasarkan kurikulum? Pahami saja standar kompetensi yang berlaku di negara tempat kita tinggal atau dari kurikulum yang ingin kita pakai, lalu nikmatilah kemerdekaan kita dalam memilih cara untuk meraihnya. Insya Allah sejalan dengan usia anak-anak, mereka bita lebih diajak kerjasama dalam mempelajari sesuatu yang lebih tersistematis dan terancang. Meskipun begitu kebebasan memilih kapan dan bagaimana cara ia mempelajarinya, menjadi keistimewaan homeschooling itu sendiri.

Lalu bagaimana dengan sosialisasi anak jika tidak ikut PAUD? Pertanyaan klasik yang sering dilontarkan kepada para homeschooler. Insya Allah dengan memperkaya pengalaman mereka berinteraksi dengan orang lain baik di dalam rumah, di dalam lingkungan bertetangga, di berbagai acara dan kegiatan silaturahmi atau bahkan kegiatan kursus dan ekstrakurikuler, insya Allah kemampuan sosial mereka juga akan tetap terasah.

Oleh karena itu, bagi orang tua yang belum memiliki rezeki dan kesempatan menyekolahkan anak-anak mereka ke lembaga PAUD, tidak perlu khawatir dan berkecil hati karena PAUD itu ada disekeliling anak-anak di rumah mereka.

http://www.natural-learning.net/000170.html
Well Trained Mind, Bauer, Susan Wise; Wise, Jessie
Www.everychildreadytoread.org
How People Learn (brain,minf, experience, and school), Bransford, John D; Brown, Ann L,

❓❓❓⭕SESI TANYA JAWAB⭕❓❓❓

1⃣pertanyaan dr bunda nisa:
bagaimana menejemen diri sbg ibu untuk homeschooling 5 anak yg beda usia & kebutuhan
1⃣Aduh jawabannya lengkap di tulisan saya di fb yg berjudul optimalisasi waktu bagi ibu homeschooler muktilevel tanpa art.Kuncinya pada multi tasking, membuat formasi pekerjaan yg memungkinkan dijalankan dalam satu waktu, mengajar bergantisn untuk materi yg terpisah dan mengajar bersama untuj materi gabubgan, mengerjakan rumah secara tim, dan memastikan anak anak selalu ada dlm kegiatan berfikir atau berdzikir. Misalnya skrg saya sibuk wa, anak anak lagi denger kajian sirah✅

2⃣Prtanyaan dr bunda Evi: Apresiasi terhadap gambar seorang anak tidak perlu harus diwujudkan dengan pujian terhadap karyanya, bahkan sebagian orang berpendapat untuk menghindarinya." Alasan ny apa yg mbk?
2⃣.Bunda evi, ttg hal itu mmg masih pro dan kontra, akhir akhir ini juga beredar artikel ttg jangan melebeli anak kita sebagai anak pinter. Yang intinya dari mereka yg memilih untuk tidak memuji anak berlebihan itu krn anak yg terbiasa dipuji pintar, cenderung ingin mempertahankan lebelnya sebagai anak pintar kemudian jd cenderung tidak ingin salah sehingga memilih yang mudah dan cenderung mudah menyerah terhadap hal hal yg ia tau ia tidak akan memiliki hasil yg baik. Nah mereka memilih untuk lebih fokus pada memuji usahanya. Allahualam saya juga baru sekilas baca ttg pendapat ini. Tp  intinya gak semua apresiasi itu harus disampaikan dalam bentuk waaah pintarnya waaaah kerennya.... Kita bisa mengapresiasi dgn mendiskusikan gambar dgn mereka ✅

3⃣ Anak saya sekarang usia 4 tahun agustus ini.. sebelumnya ikut paud skrg mau masukin ke pg karena kdg dirumah keliatan ga tertarik utk ngapa2in. . Diajakin pun kdg ga semangat.. jd khawatir apa krn fokus ibunya ke bagi ama kehadiran adiknya ngaruh ke kreativitas dan keinginannya utk beraktivitas. . Karena anaknya lagi seneng bgt berteman maen diluar jd kepikiran dimasukin paud atau pg.. tp disisi lain msh ngerasa masih kecil.. bagaimana ya teh kiki mengembalikan keinginan utk berkreasi dan beraktivitas nya  ngebagi fokus dengan adiknya
_mella_iipbandung2
3⃣ Mbak mella kalo anaknya ejoy di paud, mau ikut paud, dan paudnya ok, gak masalah. Kalo dirasa dirumah gak bisa optimal juga. Tp kadang oerasaan gak optimal itu sering muncul dr persepsi kita. Saya juga awal awal merasa begitu saya ngerasa dirumah gak sekeren dan sesistematis di sekolah. Tp saya terus tanya sama anak anak mereka bilang mereka lebih suka hs krn lebih bebas milih mau main dan belajar apa.
Jadi intinya kembalikan juga sama anak anak.
Walau keputusan terakhir di tangan kita✅

4⃣ Pertanyaaan dr bunda nisa: 
Anak sy usianya mau 2,5 th, untuk mempersiapakan diri jika kelak anak tertarik homeschooling, pa yg mesti kami (ayah & bunda) siapkan dr skrg?
4⃣ Bunda nisa jawaban lengkapnya ada di tulisan saya di fb tentang amunisi pengetahuan yg dibutuhkan dalam menjalankan homeschooling.
Secara ringkas isinya:
1. Bulatkan tekad dan rumuskan visi
2. Rumuskan prioritaa ilmu yg ingin dipelajari
3. Pahami kecerdasan majemuk
4 pahami tahapan belajar anak
5 pahami temorament anak
6 pahami personaliti anak
7. Pahami gaya belajar  anak
8 pahami gaya mengajar kita
9 jangan berhenti terus belajar bersama✅

5⃣ pertanyaan dari bunda siti mahnur: bagaimana mengoptimalkan potensi anak yg tidak home schooling, seringkali prioritas utama mendidik menjadi berbeda antara sekolah (guru) dg ortu. untuk anak umur 6 - 7 tahun, pembelajaran yg paling urgent untuk ditanamkan apa y teh? saya agak khawatir dgn pergaulan anak2 di sekolah, bagaimana membentengi anak2 dr pengaruh yg tidak baik yg seringkali sy temui terutama masalah kata2 yg tidak pantas yg mereka tiru dari lingkungan sekolah? saya menyadari anak2 adl peniru ulung, nuhun
5⃣Kalo dilihat dr sejarahnya sekolah formal di indonesia yg pernah saya baca, keberadaan sekolah formal pertama kali itu mmg untuk memberikan pengetahuan akademis  krn pendidijan lainnya seperti akhlak dan agama sudah ada di masyarakat baik di lingkungan maupun di dalam rumah. Nah dalam perkemabamgannya hal ini seperti bergeser, seolang org tua yg menyekolahkan anak tinggal menunggu anak pulang dalam keadaan pinta, sholeh dan berakhlak. Nah jadi mmg harus bisa saling menempatkan posri secara tepat dan memutuskan fungsi sekolah itu untuk membantu pos yang mana. Utamanya ttp ada  di dalam keluarga. Kita gak mungkin menuntut masyarakat daoat melakukan seperti apa yg kita inginkan. Jd ya kunci utama pendidikan anak ada di dalam rumah kita. Sementara lembaga lain hanya penunjang. Termasuk dalam benteng pergaulan. Kuncinya sih mengembalikan bahwa rancangan pendidikan anak anak kita ada di tangan kita walaupun dalam pelaksanaannya kita melibatkan pihak lain✅

6⃣ Pertanyaan dr bunda wiwik:
Hal apa yg menguatkan teh kiki utk bertahan homeschooling, kalau baca kisahnya, sptnya bongkar pasang jungkir balik dlm menentu kan metode. Apakah ada kemungkinan anak2 akan bersekolah formal sblm kuliah?
Satu lg: T Kiki tidur dam bangun jam berapa??��
6⃣Hehe iya makasih sudah rajin baca kisah saya. Kita mmg gak pernah tau ttg hari esok seperti apa saya juga tdk tau sampai kapan hs  menjadi pilihan terbaik bagi keluatga kami. Tp sejauh mempelajari kurikulum sekuler di amerika kami semakin mantap untuk hs krn alasan pelajaran agamanya. Pernah juga ada yg tanya kalo di indonesia ada sekolah islam terpadu mau ikut gak. Mungkin kalo dr sisi agamanya terjawab tp kebutuhan waktu anak anak untuk ngulik hoby mereka jd terbatas. Kalo saya pribadi sih pengennya mereka fokus masuk sekolah untuk mempelajari al quran bahasa arab dan agama seperti ibnu sina di awal awal usianya, sebelum ia mempelajari ilmu umum. Tp saya tawarkan anak anak untuk pesantren tahfidz blm pada mau aasanyya kalo dirumah bisa ngafalin quran sambik bikin robotik. Jd  intinya setiap anak pinya kebutun belajar yg beda. Kalo ada lembaga gratis atau murah yg sesuai dgn minat bakat dan kebutuhan anak yg kalo keluat dr lembaga itu anak kita jadi seorang hafidz quran yg sholih pinter mandiri dan memiliki keahlian, saya juga mau mbak.
Lalu apakah saya yakin bahwa pilian kita bisa mencapai semua itu? Saya hanya mengerjakan bagiab yg saya bisa selanjutnya saya menyerahkan pada Allah  kalo Allah menghendaki yang lebih baik insya Allah suatu hari juga akan dipertemukan dgn sarana yg lebih baik✅

7⃣ Pertanyaan dari bunda Beti:
saya tinggal didesa, kebetulan dirumah punya anak2 belajar ngaji, tp mau saya arahkan utk belajar alami seperti bahasan kita sekarang, cuma kadang saya bingung rujukan contoh2 proses belajar alami, apalagi usianya beda-beda mulai usia 4th-9th. Dimana saya dpt rujukan contoh2nya? ataukah tergantung kreatifitas kita saja?
7⃣Internet bu ... Dan buku...buku...buku.... Kalo buku mahal berarti harus manfaatkan internet. Kalo kita mampu munculkan ide sendiri itu bagus, tp pemikiran seorang manusia biasanya tidak lebih baik dr pemikiran banyak kepala. Jd punya banyak sumber belajar dalam homeschooling itu wajib krn ortu bukanlah maha guru yg serba tau dan serba bisa. Ortu hanyalah fasilitator, pendamping dalam belajar✅

8⃣ pertanyaan dari bunda Evi Suci:
Msih kurang faham mengenai evaluasi trhdp paud hs, bsa minta contoh ny?
8⃣ Ya simple aja mbaj ditanya aja kalo mereka bs jawab berarti sudah ngerti. Coba deh ibu liat daftar standar kompetensi paud, sederhana sekali lho. Untuk kognitif matematika juga sepurat angka, menghitung, besar kecil, banyak sedikit, kanan kiri, dll sederhana sekali. Ibu mau kasih worksheet untuk lihat pemahamannya juga bs. Lebih jelasnya ttg apa yg pebting dicapai pada pebdidikan usia dini pernah saya tulis dalam sebuah artikel berjudul Membangun lingkungN yang mencerdaskan anak dari dalam rumah. ✅

9⃣ Pertanyaan dr bunda Iis: Assalamu'alaikum...salam kenal teh kiki��,penasaran tentang hs yg diterapkn oleh teh Kiki..bagaimana cara menyiasati anak2 dirmh ketika mempunyai perbedaan pendapat/perselisihan,secara mereka pasti berbeda karakter??trs hs nya teh Kiki pake kurikulum atau bebas? (Mksd'y tanpa kurikulum)...
9⃣Saya pakai kurikulum bunda iis, tp jadwalnya, dan netodenya agak fleksibel, kalo sdg tidak "bekerja" dgn satu cara ya saya pakai cara lain. Hs saya sih biasa aja mbak. Gak jauh jauh juga dr buku buku yg ada.
Kalo anak anak ada perbedaan pendapat dan pertengkaran juga hs bs berhenti sementara untuk sesuatu yg kebih genting tp kan anak anak juga ttp belajar dr peristiwa yg ada.✅

1⃣0⃣Pertanyaan dari bunda Qiqy:
Saya sangat berfikiran utk HS anak..bagaimana jika sewaktu waktu mereka butuh ijazah???
1⃣0⃣ Bunda qiqy hs bukan berarti gak bs pakai ijazah. kalo di amerika juga ada ujian yg ttp wajib diikuti. Malah semua hs harus terdaftar disini. Tp kali di indonesia bisa ikut kejar paket.✅

1⃣1⃣ Pertanyaan dari bunda Tia:
Bagaimana dg anak yg memiliki kecerdasan interpersonal(maaf klo salah maksudnya termasuk yg suka bersosialisasi) ?? Apakah belajarnya perlu teman?
1⃣1⃣ Anak anak yg punya kecerdasan interpersonal mmg sangat suka bersosialisai, suka ngumpul, suka bersama sama, mungkin juga dalam belajar senag bersama sama, tp bukan berarti gak bisa belajar sendiri. Begitu juga yg kurang suka beramai ramai lebih suka sendiri bukan berarti dibiarkan tidak belejar bersosialisasi. Kita berusaha seimbang dan mencapai batas minimal pada sisi sisi yg memang bukan potensi utamanya.✅
Alhamdulillah.∩__∩.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar