Kamis, 10 Desember 2015

Berbagi Peran dalam Rumah Tangga

Resume Kulwap IIP JEPARA

Rabu, 9 Desember 2015 pukul 20.00-21.00

Host: Tahiyatur Ratih

Pemateri: Bapak Dodik Mariyanto

"Berbagi Peran dalam Rumah Tangga"

Oleh : Dodik Mariyanto

Kata mutiara ini populer di tengah kita: ‘Diba lik laki-laki hebat ada perempuan kuat.’
Tetapi tahukah Anda ‘Dibalik perempuan sukses ada lelaki stress’? heheee ini guyon, jangan terlalu tegang. Rileks saja.
Tetapi jangan2 ada yang merasa demikian? Betulkah? Mengapa harus begitu?

Perlu dipahami bahwa masih banyak di belahan bumi ini masyarakat yang menganggap laki-laki superior dan perempuan inferior, lelaki kuat (di segala aspek) dan perempuan lemah, lelaki memberi dan perempuan menerima, dst.

Sehingga ketika ada seorang suami pangkatnya lebih rendah dari isteri, atau gelar kesarjanaannya lebih rendah, atau pendapatannya lebih kecil dari isteri, atau hal-hal semacam itu menjadikan rumah tangga bermasalah, hubungan suami-isteri terganggu.

Mengapa bisa terjadi demikian?

(Lihat kalimat pertama paragraph di atas) Karena secara tidak sadar kita turut menyetujui anggapan tersebut bahwa laki-laki superior dan perempuan inferior. Sehingga ketika terjadi situasi yang tidak sesuai dengan anggapan tersebut maka terjadi guncangan. Seorang suami yang diharuskan superior (oleh anggapan tersebut) ternyata mendapati dirinya dalam posisi kalah (menurut anggapannya) sehingga ia perlu merasa ‘memberontak’, wujudnya bisa berupa sikap pasif,diam, tidak mau apa-apa dan serba merasa kalah atau sebaliknya marah-marah untuk menunjukkan kesuperiorannya.

Atau seorang isteri yang mestinya inferior (menurut anggapan tersebut) mendapati bahwa dirinya ternyata lebih unggul dari sang suami (sekali lagi, menurut anggapannya), ia merasa memiliki posisi lebih. Kondisi ini menjadikannya merasa punya kewenangan untuk ‘menguasai’ suami atau (bila sebenarnya ia tetap menginginkan suami superior) ia akan frustrasi mendorong-dorong suami untuk maju.

Apa yang harus dilakukan?

Pertama, jadikan diri Anda orang yang merdeka. Orang merdeka itu tidak merasa dibawah/diatas orang lain, tidak dalam tekanan/menekan orang lain, tidak direpotkan dengan apa pandangan orang lain. Pribadi merdeka itu dapat menempatkan diri dengan baik dan hanya tunduk pada penilaian Sang Pencipta.

Kedua, jadikan diri Anda orang yang besar hati dan rendah hati, orang yang bisa menerima keberadaan orang-orang yang lain dan memperlakukan mereka sebagai pribadi yang merdeka pula, tidak di bawah atau di atas Anda.

Ketiga, belajar menerima peran hidup Anda, bersangka baik atas segala kehendak Sang Pencipta. Setiap keadaan, apakah itu kesulitan atau kemudahan, diterima sebagai proses untuk meningkatkan kemuliaan. Apakah itu pasangan hidup yang sulit, anak yang rewel, ekonomi yang jatuh atau bahkan melambung, dsb sebagai cara Yang Maha Kuasa menaikkan derajat kita.

Dengan mendasarkan diri pada ketiga hal di atas, kita dapat menata rumah tangga kita lebih leluasa. Kita dapat berganti-ganti peran dengan nyaman tanpa harus merasa peran yang satu lebih hebat dari yang lainnya, tanpa memperlakukan bahwa suatu peran lebih rendah dari peran yang lain.

Misalnya kita tidak perlu merasa bahwa bekerja diluar rumah mencari uang itu lebih hebat daripada membereskan rumah, atau sebaliknya bahwa mengasuh anak-anak itu lebih remeh daripada mengumpulkan rejeki diluar sana, dll.
Kita juga tidak perlu menetapkan peran berdasarkan gender (jenis kelamin) seperti dapur urusan perempuan, kerja cari uang urusan lelaki, dsb.

Hanya sedikit peran yang tidak dapat dipertukarkan/berganti-ganti karena berkaitan dengan aspek biologis seperti melahirkan dan menyusui. Ini sudah pasti perempuan yang menjalankannya.

Dengan demikian para perempuan tidak perlu sombong saat mendapat peran menjadi saluran rejeki bagi keluarga, para lelaki juga tidak perlu rendah diri untuk mengambil peran menata dapur, dst. Karena kemuliaan bukan didasarkan pada apa peran kita melainkan bagaimana kita menjalankan peran itu.

Yang penting kerjakan itu dengan gembira, ikhlas dan saling menghargai bahwa tidak mungkin yang satu dapat mengerjakan perannya dengan baik tanpa kehadiran yang lainnya.

☎SESI TANYA JAWAB

1⃣ Pak, bagaimana kalo istri sudah terlanjur merasa hebat dengan secara tidak sadar mengeluarkan kata-kata yang dominan/mengatur dirumah, bagaimana cara mengubah kebiasaan tersebut? (Ida)
1⃣ Pertama, istighfar. Lalu tempatkan kembali diri sebagaimana mestinya. Merasa hebat boleh, menjadi hebat itu lebih penting. Dan orang hebat tidak merendahkan yang lainnya.

Berikutnya, cermati dan obrolkan bersama pasangan dan keluarga 'apakah peran dominan bunda diterima baik oleh semua atau perlu diubah?'
Jika jawabnya semua merasa senang dan berdampak bagus untuk semua, lanjutkan.
Jika ada yang perlu diubah, diskusikan bagaimana? Apa yang sebaiknya dilakukan bersama? Siapa melakukan apa untuk selanjutnya? ✅

2⃣ Bagaimana caranya memotivasi suami untuk lebih baik dan maju tanpa memaksa atau menggurui bahkan mendekte? Trmksh.:) (Zulfa)
2⃣ Bunda perlu memahami bahwa laki2 itu tidak suka dikasih tahu (baca: didikte) istri. Namun laki2 masih bisa tertawa bila diberitahu oleh anaknya.
Lelaki juga suka mengamati.

Maka ajaklah anak2 untuk berproses maju. Perlhatkan bahwa berproses maju bersama itu seru, sampai suami merasa rugi jika tidak terlibat di dalamnya.
Kemudian secara santai obrolkan bagaimana langkah2 yang diperlukan untuk membuat kekuarga hebat (yang artinya suami juga terlibat didalamnya untuk menjadi hebat)✅

3⃣ kondisi semacam ini, yang terberat adalah gunjingan keluarga dan tetangga. Contohnya dari ortu atau saudara. Bagaimana menyiasati hati agar tahan? (Susindra)
3⃣ Gunjingan itu jika ditanggapi makin menjadi. Kalau kami dulu cukup tersenyum dan menahan diri tidak berkomentar apa2. Kami juga tidak repot2 melarang orang untuk tidak menggunjing kami. Lama2 juga hilang.

Yang penting satu rumah solid, saling mendukung dan tidak menyalah2kan satu dengan yang lain✅

4⃣ Gimana supaya bisa selalu on konsentrasi pada keluarga, kadang masih susah konsentrasi...jadinya selesai tugas yang satu tugas yang lain terabaikan... (novita)
4⃣ Konsentrasi itu perlu dilatih, tidak ujuk2 jadi dan bisa. Beberapa langkah bisa dilakukan untuk latihan:
- Tuliskan hal2 yang perlu dikerjakan
- Buat penjadwalan dan belajar patuh.
- Kerjakan satu demi satu. Saat mengerjakan satu hal, letakkan semua hal yang lainnya. Karena dicatat maka hal2 lain itu tidak akan lupa atau tercecer✅

5⃣ suami merasa istrinya superior dalam segala hal sehingga suami malas bekerja dan cenderung tidak perduli thdp keluarga, bagaimana cara menghadapi suami yg pola pikirnya spt itu ( anis )
5⃣ Bunda mungkin perlu nylondhohi dulu, sedikit merendahkan diri di hadapan suami. Angkat kehormatannya.
Ajak ia bicara tentang anak2 dan keluarga sambil minum teh, syukur2 sambil dipijitin heheee. Lakukan dalam suasana santai dan bebas intimidasi. Biasanya lelaki kalau diajak bicara tentang anaknya akan nyahut (merespon) dengan baik.

Pelahan ajaklah bincang2 anak2 mau dibawa kemana? Keluarga ini mau dibangun seperti apa?
Kemudian berlanjut hal2 apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkannya? Peran dan tugas apa yang perlu dilakukan oleh setiap anggota keluarga?✅

6⃣ Bagaimana cara supaya istri yg berpenghasilan lebih banyak tetap menempatkan suami sebagai qowwam?dan tidak merendahkan suami? (Manar)
6⃣ Sadari bahwa rejeki itu sudah pasti tempat2nya dan peruntukannya. Adalah sebuah amanah bila kita kebetulan menjadi jalan bagi rejeki Allah itu. Tidak sepatutnya menjadikan si jalan/saluran itu sombong.

Pemimpin itu adalah sebuah peran hidup. Bila sudah memilih pemimpin maka selayaknya patuh, kecuali sang pemimpin mengajak kepada kesesatan dan melanggar ketentuan Allah.

Di dalam menjalankan kepemimpinan di rumah kami, saya melakukan bergiliran peran memimpin ini (istilahnya: merotasi) untuk beraneka kegiatan. Setiap orang punya kesempatan memimpin, berlatih memimpin, merasakan menjadi pemimpin.

Misalnya untuk kegiatan sepedaan, Elan yang menjadi pemimpin, kegiatan ternak Ara yang m3mimpin, dll. Hal ini membuat setiap orang bisa berlatih memimpin dan sekaligus berempati kepada pemimpin bahwa memimpin itu tidak gampang.✅

7⃣ Bagaimana bila sang istri punya kegiatan diluar rumah..
Karena ada pihak luar yg memerlukan kehadiran sang istri sehingga si istri terpanggil jiwanya utk berkontribusi diluar rumah utk kegiatan sosial.. Yg kadangkala mengambil waktu dihari libur utk keluarga.. Sehingga suami harus mengambil peran seorang ibu utk menjaga anak2 dsb..
Bgmn sy bs tau suami nyaman atau tdk dgn hal itu?
Sejauh ini sih baik2 saja.. (nn)
7⃣ Untuk bisa tahu: Tanyakan pada suami 'bagaimana perasaanmu, Mas?'
Diskusikan apakah keadaan ini baik bagi keluarga kita?
Jika ya, lanjutkan.
Jika tidak diskusikan apa yang sebaiknya kita lakukan?

Penting untuk dipahami: Keluarga itu utama. Setiap yang kita (ortu, baik suami/istri) lakukan, baik di dalam maupun diluar rumah adalah demi memuliakan keluarga dan meningkatkan derajat anak2.
Jika ternyata kegiatan itu, entah di dalam rumah atau diluar rumah ternyata tidak menjadikan kemuliaan itu, stop! Ganti dengan yang lain.
Begitu saja. Sederhana. Jangan dibikin rumit.✅

8⃣ Butuh berapa lama sampai tidak terpengaruh gunjingan tersebut? Budaya patriarki masih sangat melekat, hingga cukup sulit menekan anggapan sebagai istri yang durhaka pada suami. (Susindra)
8⃣ Gunjingan tak pernah selesai, Bunda yang perlu makin pandai memilah informasi, mana yg perlu didengarkan mana yg dibiarkan saja lewat.

Memang tidak mudah. Tapi pantas untuk dilatih dan dikerjakan, kecuali Bunda rela berlama2 menderita batin (jawa: ngenes)✅

9⃣ Jika istri berpenghsilan lebih banyak sehingga terkesan berperan sebagai tulang punggung namun suami merasa nyaman sehingga kurang maksimal dalam usaha bagaimana menyikapinya? (Manar)
9⃣ Bunda ihlas? Merasa nyaman? Anak2 berkembang baik? Jika ya, lanjutkan.
Jika tidak, bicarakan dengan suami. Mencukupi nafkah keluarga adalah tanggung jawab suami.
Perkembangan anak2 yang baik adalah tanggung jawab bersama kedua ortu.

Harta itu bisa fitnah. Mensikapi dengan tepat atas karunia harta penting dipahami bersama. Bicarakanlah dengan terbuka agar tak berujung bencana✅

Bagaimana caranya mengajak suami berbagi peran dalam hal mendidik anak, suami terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga menyerahkan pendidikan anak kepada saya. Beliau memberikan dukungan dan semangat kepada saya tapi tidak aktif mendidik langsung. (Yesi IIPJKT01)
Ya harus bicara dan dibicarakan, keluarga seperti apa yang ingin diwujudkan? Anak2 seperti apa yang akan ditumbuhkembangkan?
Kemudian diskusikan langkah apa untuk mewujudkannya? Bagi peran dan tugas. Seandainya pun hal itu menyebabkan ayah mesti bekerja hingga larut, bahkan nyaris tiada libur dipahami oleh seluruh anggota keluarga dalam rangka melaksanakan amanah dari keluarga, bukan karena keengganan berpartisipasi dalam kegiatan bersama.✅

1⃣1⃣ Pak yang ingin tanyakan apakah akan selalu menjadi konflik dalam pernikahan dimana perempuan lebih unggul dari laki² spt contoh gaji perempuan jauh lebih tinggi dari laki². Sekalipun itu terjadi dimana perempuan tidak menghargai laki² nya karena keunggulan yang dia punya dibanding laki² nya, apakah itu kembali kepada pribadi orang itu sendiri.(Icha ipb#2)
1⃣1⃣ Tidak selalu. Orang (laki2 dan perempuan) yang merdeka tidak terpengaruh dengan urusan remeh-temeh seperti gaji.

Bunda orang merdeka?✅

1⃣2⃣ bagaimana supaya dalam rumah tangga tidak terjadi superior inferior tersebut? (Bunda althof dan naina)
1⃣2⃣ Jadilah pribadi merdeka (lihat 3langkah pada tulisan pengantar di atas)✅

1⃣3⃣ pak, lazim disini para suami/ bapak mengobrol begadang dengan teman-temannya sampai subuh, kemudian tidur dari subuh sampai jam 10 atau bahkan dzuhur, sementara para istri merasakan subuh yang sibuk, membantu menyiapkan anak sekolah, anak melihat realita ini. Para istri masih juga bekerja untuk kehidupan keluarga. Ada rasa berontak melihat dan merasakan situasi ini, anakpun merasakan sehingga secara tidak sadar meremehkan suami/bapak dan mengeraskan hati istri dan anak. Capek badan dan capek hati. Bagaimana mengelola hati dalam situasi seperti? (Nn)
1⃣3⃣ Ajak suami bicara, sampaikan apa yang menjadi pemikiran Bunda. Jangan diam saja dan menganggap suami mestinya tahu.
Jika Bunda diam itu bisa dipersepsi bahwa Bunda oke2 saja atau bahkan setuju dengan kebiasaan itu.

Sulit?
Mungkin, banyak perempuan di Nusantara menyampaikan ke saya tidak terbiasa berbicara terbuka kepada suami. Ada yang karena adat dianggap pamali (= pantang, perbuatan tidak patut) atau karena indoktrinasi untuk patuh saja kepada suami, atau sekedar karena keterbatasan ketrampilan berkomunikasi.
Jika Bunda mengalaminya, latihlah. Barangkali suami melakukan itu hanya karena tidak tahu bahwa itu tidak menyenangkan Anda, istri tercintanya, dan bahkan berdampak kepada buah hatinya.
Lelaki mana yang rela mengecewakan orang2 yang dicintainya?

Mari belajar bicara, berdiskusi dengan lapang dan terbuka.
Mulailah dengan membangun suasana santai, sambil bermain atau minum teh, bisa juga sembari berkebun atau membersihkan dapur bersama.✅

1⃣4⃣ Saya bunda R, suami saya itu serba bisa, ulet dalam bekerja dan tangkas pada urusan beberes, saya yang minder karena sayapun tidak lebih baik dalam hal memasak daripada suami, Bagaimana menyeimbangkan peran saya seabgai wanita bekerja skaligus ibu dengan anak balita, saya merasa kurang seimbang dalam memperhatikan kebutuhan suami/ kurang peka(R- Ipb#2)
1⃣4⃣ Alhamdulillah, Bunda sungguh mendapat karunia.
Tanyakan pada suami (dan anak2) mereka lebih punya jawaban dibanding saya.
Dan jika Bunda sudah memperoleh jawabannya, segera kerjakan, jangan lagi banyak pertimbangan✅

Tidak ada komentar:

Posting Komentar